Selasa, 14 Juni 2016

menilai kondisi ekonomi dan kondisi global

MENILAI KONDISI EKONOMI DAN KONDISI GLOBAL
MENILAI KONDISI EKONOMI Kondisi ekonomi mencerminkan tingkat produksi dan konsumsi untuk suatu negara, wilayah, atauindustri tertentu.Kondisi ekonomi dapat memengaruhi pendapatan atau beban dari suatu bisnis dan oleh karena itudapat memengaruhi nilai dari bisnis tersebut. Ada empat faktor yang memengaruhi kondisi ekonomi suatu bisnis, yaitu pertumbuhan ekonomi negara,inflasi, tingkat bunga, dan pengangguran.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) adalah perubahan dalam tingkat aktivitas ekonomi secara umum dalam suatu negara. Secara umum, ada dua indikator utama dari pertumbuhan ekonomi yaitu tingkat produksi total dari barang dan jasa dalam perekonomian serta jumlah total pengeluaran dalam perekonomian (pengeluaran agregat).Tingkat produksi total dan total pengeluaran agregat sangat berkaitan erat sebab tingkat pengeluaran konsumen yang tinggi mencerminkan permintaan yang tinggi untuk barang dan jasa. Tingkat produksi total bergantung pada total permintaan akan barang dan jasa. Pertumbuhan ekonomi pada umumnya diinterpretasikan sebagai persentase perubahan dalam Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product—GDP), yaitu total nilai pasar dari seluruh barang jadi dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara, dari satu periode ke periode berikutnya. Bisnis cenderung untuk memantau perubahan dalam pertumbuhan ekonomi yang dapat menandakan perubahan dalam permintaan akan produk dan jasanya. Seringkali pertumbuhan ekonomi kuat dan pada saat yang lain melemah. Keadaan ini sangat mempengaruhi kinerja bisnis.Ekonomi yang lebih kuat dapat menyebar dengan cepat antarbisnis. Ketika pelanggan mulai meningkatkan pengeluarannya, perusahaan mengalami permintaan yang lebih tinggi akan produknya sehingga mulai mempekerjakan lebih banyak karyawan serta memperluas operasinya sehingga terjadi peningkatan permintaan untuk perlengkapan, jasa konstruksi, dan bahan baku. Sementara itu, ekonomi yang lemah mengakibatkan rendahnya permintaan akan barang dan jasa sehingga dapat mengurangi pendapatan perusahaan. Bahkan perusahaan yang memproduksi barang dan jasa kebutuhan pokok pun turut dipengaruhi secara negatif oleh perekonomian yang lemah karena pelanggan cenderung untuk mengurangi permintaan mereka.Beberapa perusahaan mengambil langkah dengan memberhentikan beberapa karyawannya, mengurangi rencana ekspansi, ataupun mengurangi belanjanya.2. Inflasi Inflasi (inflation) adalah kenaikan dalam tingkat harga barang dan jasa secara umum selama periode waktu tertentu.Tingkat inflasi dapat diestimasikan dengan mengukur persentase perubahan dalam indeks harga konsumen, yang mengindikasikan harga dari sejumlah besar produk konsumen seperti produk kebutuhan sehari-hari.Inflasi dapat mempengaruhi beban operasi suatu perusahaan. Tingkat inflasi yang lebih tinggi akan menyebabkan peningkatan beban operasi yang lebih besar. Namun, pendapatan perusahaan juga akan tinggi selama periode inflasi sebab perusahaan mengenakan harga yang lebih tinggi guna mengompensasikan beban yang lebih tinggi. Inflasi dapat digolongkan dalam tiga garis besar sebagai berikut. a) Berdasarkan tingkat parah tidaknya inflasi: Inflasi ringan (< 10% per tahun, single digit inflation). Inflasi sedang (10% - 30% per tahun).
Ada 2 tipe pertumbuhan ekonomi :
1. Pertumbuhan Ekonomi yang Kuat
Ketika perekonomian kuat, tingkat lapangan kerja tinggi, dan kompensasi yang dibayarkan kepada karyawan juga tinggi. Misalnya, ketika pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat lebih kuat dari biasanya, maka total tingkat pendapatan dari para pekerja Amerika serikat relative tinggi, sehingga terdpat volume pengeluaran yang lebih tinggi untuk barang dan jasa. Karena permintaan untuk barang dan jasa tinggi, maka perusahaan yang menjual barang dan jasa akan menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi.
Dampak dari perekonomian yang lebih kuat dapat menyebar dengan cepat antarbisnis. Ketika pelanggan mulai meningkatkan pengeluarannya, perusahaan mengalami permintaan yang lebih tinggi terhadap produk-produknya dan bahkan mulai mempekerjakan lebih banyak karyawan guna mengakomodasi peningkatan permintaan. Perusahaan mungkin juga perlu untuk memperluas operasinya, yang mengakibatkan peningkatan permintaan untuk perlengkapan, jasa konstruksi, dan bahan baku. Kemudian perusahaan konstruksi harus mempekerjakan lebih banyak pekerja untuk mengakomodasi peningkatan permintaan konstruksi. Ketika lebih banyak lapangan kerja yang diciptakan, tingkat pendapatan pelanggan secara umum meningkat, sehingga memungkinkan mereka untuk menghabiskan lebih banyak uang. Selain itu, investor yang berinvestasi dalam bisnis cenderung untuk memperoleh tingkat pengembalian yang lebih tinggi atas investasinya ketika perekonomian kuat, dan mereka mungkin saja menghabiskan sebagian besar atau seluruh pengembalian tersebut untuk membeli barang dan jasa. Dengan demikian pendapatan ekstra menimbulkan efek gelombang (ripple effect) ke seluruh sector perekonomian.

2. Pertumbuhan Ekonomi yang Lemah
Jika pertumbuhan ekonomi yang kuat meningkatkan pendapatan perusahaan, maka pertumbuhan ekonomi yang lemah mengakibatkan rendahnya permintaan akan barang dan jasa, sehingga dapat mengurangi pendapatan perusahaan. Bahkan perusahaan yang memproduksi barang atau jasa kebutuhan pokok dipengaruhi secara negative oleh perekonomian yang lemah karena pelanggan cenderung untuk mengurangi permintaan mereka. Misalnya saja, permintan akan minuman kopi di Starbucks dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara umum. Karena minuman kopi yang spesial bukanlah kebutuhan pokok, maka permintaan untuk minuman semacam itu akan lebih kuat ketika para pelanggan mendapatkan penghasilan yang relative tinggi dan mampu membelinya. Permintaan akan minuman ringan dan air dalam kemasan juga dipengaruhi, karena sebagian orang lebih mengandalkan air minum gratis dari keran dalam kondisi ekonomi yang lemah.

Jenis & Macam Pengangguran

1. Pengangguran Friksional / Frictional Unemployment
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.

2. Pengangguran Struktural / Structural Unemployment

Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.

3. Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment

Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan duren yang menanti musim durian.

4. Pengangguran Siklikal 

Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.

Tambahan :
Pengangguran juga dapat dibedakan atas pengangguran sukarela (voluntary unemployment) dan dukalara (involuntary unemployment). Pengangguran suka rela adalah pengangguran yang menganggur untuk sementara waktu karna ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Sedangkan pengangguran duka lara adalah pengengguran yang menganggur karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun belum berhasil mendapatkan kerja.
Bunga, Inflasi dan Krisis Global
Teori likuiditas atas bunga menjelaskan bahwa, bunga adalah harga uang, dan harga uang (bunga) ditentukan oleh jumlah uang (money supply). Dengan demikian, jika uang yang tersedia (money supply) rendah maka tingkat bunga akan naik dan tinggi. Sebaliknya, jika jumlah uang yang tersedia (money supply) amat rendah, maka akan terjadi kesulitan likuiditas yang pada akhirnya membuat perekonomian macet alias kriris. Krisis global yang terjadi saat ini diantaranya disebabkan karena rendah jumlah uang yang tersedia terutama di Amerika Serikat akibat kredit macet (subprime mortgage) yang berdampak kebanyak negara dan akhirnya menimbulkan krisis keuangan global. Kredit macet yang terjadi di Amerika Serikat tersebut disebabkan karena naiknya suku bunga kredit dari 1 persen menjadi sekitar 5% untuk subprime mortgage tersebut. Karena adanya kenaikan suku bunga kredit tersebut, maka banyak nasabah yang tidak mampu  membayar kreditnya. Kredit macet ini mencapai 1,2 triliun US $ yang mengakibatkan macetnya sistem keuangan AS dan akhirnya kebanyak negara di dunia. Dari fakta ini jelas bahwa penyebab krisis keuangan  dan krisis ekonomi global di picu oleh harga uang alias bunga (interest) yang tinggi atau naik. Dan krisis tahun  2007 – 2008 ini barulah awal (Smick. 2008), akan menyusul krisis-krisis lain bila sistem keuangan yang berlaku tetap seperti ini.
Gambar 2. Data Inflasi dan Pertumbuhan Uang Beredar Internasional 1996 – 2004
Inflasi (%, skala logaritma)
https://amriamir.files.wordpress.com/2009/12/inflasi2.jpg?w=300&h=142
Pertumbuhan jumlah uang  beredar (%, Skala logaritma)
Sumber : Mankiw. 2007
Dengan sistem keuangan seperti saat ini, transaksi di pasar uang (financial market) lebih besar dibandingkan dengan transaksi di sektor riil. Volume transaksi yang terjadi di pasar uang (currency speculation dan derivative market) dunia dalam sehari berjumlah US$ 1.5 trillion, sedangkan volume transaksi yang terjadi pada perdagangan dunia di sektor real hanya US$ 6 trillion setiap tahun (BI. 2009).
Diwany (2005) menyatakan bahwa sistem keuangan yang diterapkan di dunia saat ini bertentangan dengan konsep “entropi”. Entropimenggambarkan tingkat ketidak teraturan dalam suatu sistem fisika, dan secara alamiah laju peningkatan level ketidak teraturan  atau entropi akan menurun dari waktu ke waktu. Sistem keuangan saat ini yang menerapkan bunga (interest) menurut Diwany menyebabkan laju penurunan ketidak teraturan yang semakin tingi dari waktu kewaktu. Diwany menjelaskan bagaimana kerusakan lingkungan yang semakin parah akibat pembukaan lahan pertanian dengan dana pinjaman yang didasarkan bunga. Berdasarkan analisis Michael Lipton tahun 1992 (dalam Diwany. 2005) menyimpulkan bahwa, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah insentif untuk menerapkan teknik pertanian yang memperhatikan konservasi lingkungan. Selanjutnya Lipton menjelaskan bahwa peningkatan suku bunga secara dramatis pada tahun 1977 – 1979 dan bertahan sampai sekarang, telah  meningkatkan insentif dalam kalangan rumah tangga, lingkungan bisnis dan pemerintah untuk menghabiskan sumber-sumber daya alam sekarang serta mengabaikan akibat yang ditimbulkannya di masa yang akan datang. Dari fakta ini, dapat disimpulkan bahwa makin tinggi suku bunga maka makin besar kemungkinan rusaknya lingkungan dan akan semakin besar sumber daya yang dikuras, akibatnya akan semakin cepat bumi ini hancur.
Selanjutnya Murphy, Shleifer dan Vishny tahun 1993 (Hermanto. 2001) mengemukakan bahwa dengan mengutamakan bunga/ mencari bunga (rent-seeking) dalam aktivitas ekonomi menghambat pertumbuhan ekonomi. Ada dua alasan mengapa rent-seeking dan korupsi terlalu mahal bagi pertumbuhan ekonomi yaitu: 1) aktivitas rent-seeking meningkatkanreturns. Dengan demikian peningkatan aktivitas rent-seeking akan membuat lebih menarik daripada aktivitas produktif. Kondisi ini dapat memacu pada keseimbangan dalam perekonomian, dengan tingkat rent-seeking yang sangat tinggi dan output yang rendah. 2).Rent-seeking, terutama public rent-seeking oleh pejabat pemerintah sangat memperparah aktivitas yang inovatif daripada aktivitas produksi tiap hari.
Fakta lain dari bunga (interest) atau “riba” (dalam ekonomi Islam) menunjukkan bahwa tidak saja membuat orang miskin tetapi juga membuat banyak negara (berkembang) makin miskin dan makin besar hutangnya. Hutang negara berkembang lebih dari tiga trillion US dollarsdan masih terus tumbuh. Hasilnya adalah setiap laki-laki, wanita, anak-anak di negara berkembang (80% dari populasi dunia) memiliki hutang $ 600, dimana pendapatan rata-rata masyarakat pada negara yang paling miskin kurang dari satu dollar per hari.
Selain itu, sistim bunga dalam sektor keuangan telah menimbulkan krisis ekonomi. Sepanjang abad 20, (Roy Davies dan Glyn Davies. 1996) dalam buku mereka a history of money from ancient times to the present day, menyatakan bahwa telah terjadi lebih dari 20 krisis (kesemuanya merupakan krisis sektor keuangan). Pasar finansial menjadikan dunia ini melengkung, sehingga kita tidak bisa melihat apa yang ada dibalik kaki langit. Pasar finansial selalu dipenuhi oleh informasi yang tidak pasti dan tidak lengkap, tidak transfaran (Smick. 2008). Itulah sebabnya menurut Smick, krisis keuangan yang terjadi pata tahun 2007 – 2008 measih merupakan krisis awal. Ini berarti bahwa krisis- krisis lain akan terus bermunculan dan waktu terjadinya dari krisis satu ke krisis lain semakin singkat.
Gambar 3. Perkembangan Total Hutang Negara-Negara Berkembang 1972 – 2000
https://amriamir.files.wordpress.com/2009/12/inflasi3.jpg?w=300&h=113
Sumber: Bank Indonesia (2009).

Pada umumnya keberadaan Pemerintah memiliki pengaruh perekonomian pada tingkat yang berbeda-beda. Ada pemerintahan yang mengatur perekonomiannya secara ketat atau intensif dan ada pula yang membatasi sebagai pendukung saja dalam suatu perekonomian. Beberapa peran pemerintah dalam perekonomian adalah pemerintah membantu perkembangan bisnis secara umum, mendorong persaingan usaha yang sehat, membanatu kelompok ekonomi lemah, dan sebagai stabilizer.

Pemerintah Indonesia memegang peranan penting dan memberi pengaruh signifikan dalam dunia ekonomi Indonesia, yang menganut sistem ekonomi Pancasila atau campuran dari sistem ekonomi liberal/pasar dan sistem ekonomi kendali sentral. Pemerintah mengontrol kegiatan-kegiatan ekonomi dan juga aktivitas expor impor, namun masih memberikan ruang bagi kreativitas dan kebebasan berusaha.
Seiring berkembangnya perekonomian dewasa ini, perekonomian dunia semakin mengarah ke sistem ekonomi liberal, dengan dibukanya free trade area dimana-mana dan kontrol pemerintah yang semakin dikurangi. Namun demikian, pemerintah tetap memegang kebijakan dalam menentukan haluan ekonomi sebuah negara. Pengaruh ini bisa dalam macam-macam hal yang berkaitan dengan ekonomi

Pemerintah federal dapat mempengaruhi bisnis dengan menerapkan peraturan atau dengan membuat kebijakan yang mempengaruhi kondisi ekonomi. Karena regulasi cenderung bermacam tergantung industry. Untuk mempengarui kondisi ekonomi, pemerintah federasi mengimplementasikan kebijakan moneter dan fiskal.
1. Kebijakan Moneter Kondisi ekonomi negara Indonesia pada masa orde baru sudah pernah memanas. Pada saat itu pemerintah melakukan kebijakan moneter berupa contractionary monetary policy dan vice versa. Kebijakan tersebut cukup efektif dalam menjaga stabilisasi ekonomi dan ongkos yang harus dibayar relatif murah. Kebijakan moneter yang ditempuh saat ini berupa open market operation memerlukan ongkos yang mahal. Kondisi ini diperparah dengan adanya kendala yang lebih besar, yaitu pengaruh pasar keuangan internasional

2. Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiscal mewakili keputusan bagaimana pemerintah federal seharusnya menentukan serangkaian tingkat pajak dan membelanjakan uangnya. Keputusan ini sangat relevan untuk bisnis karena mereka mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan dengan demikian dapat mempengaruhi permintaan barang dan jasa perusahaan.
• Revisi dari Tingkat Pajak Pendapatan Pribadi
Misalnya, kebijakan fiscal yang mengurangi pajak pendapatan pribadi. Kebijakan ini memberikan kepada orang pendapatan setelah pajak yang lebih tinggi, yang akan mendorong mereka untuk lebih membelanjakan uangnya. Perilaku seperti itu merefleksikan kenaikan dalam agregat permintaan barang dan jasa yang dihasilkan oleh bisnis yang dapat memperbaiki kinerja bisnis.

• Revisi atas Pajak Korporasi
Kebijakan fiscal juga dapat mempengaruhi pendapatan setelah pajak perusahaan secara langsung.

• Revisi dalam Pajak Cukai
Pajak cukai adalah pajak yang diterapkan oleh pemerintah federal pada produk tertentu. Pajak ini menaikkan biaya produksi barang ini. Sebagai konsekuensi, manfuaktur cenderung membebankan pajak ini ke dalam harga yang mereka kenakan pada produk. Jadi konsumen secara tidak langsung terbebani pajak. Pajak juga mungkin tidak mendorong konsumsi dari barang ini dengan secara tidak langsung mempengaruhi harga. Cukai biasa diterapkan pada berbagai produk termasuk minuman alcohol dan tembakau.

• Revisi dalam Defisit Anggaran Belanja
Kebijakan fiscal yang dibuat oleh pemerintah federal memberikan jumlah penerimaan pajak yang dihasilkan oleh pemerintah federal dan jumlah pengeluaran federal. Jika pengeluaran pemerintah federal melebihi jumlah fajak federal, mengakibatkan deficit anggaran belanja federal.